
Promosi dikit ga apa-apa lah, asal jangan kebanyakan, ntar ditabok orang (x_x')
Kali ini aku mau share salah satu legenda yang cukup terkenal di cina, ups..
Salah.. tapi sangat terkenal di cina!
Yup... Legenda Liang Shan Bo & Zhu Ying Tai! (dalam bahasa mandarin)
Atau Leung Shan Pak & Juk Ying Tai (dalam bahasa kanton)
Siapa yang tak kenal legenda yang satu ini?
Legenda yang sangat menyentuh karena ikatan cinta mereka berdua yang tak terpisahkan.
Sayangnya... Akhir dari ceritanya berakhir tragis.
Aku ini suka banget sama cerita romantis seperti ini.
Nah.. sekarang akan aku bagi ceritanya sama kalian.
Kurang lebih begini nih ceritanya.....
Pada suatu pagi yang indah, dimana banyak burung bernyanyi dengan indahnya...
Ying Tai.. ya... Zhu Ying Tai, itulah nama gadis yang cantik nan manis itu.
Ia sedang mengamati kupu-kupu didalam sebuah toples.
Ia mengamatinya sambil mendengar burung bernyanyi.
Ayah dan ibu Ying Tai memanggilnya, namun ia tak mendengarnya karena kini ia berada di atap rumah.
Mereka terus mencari Ying Tai namun tak kunjung menemukannya.
Seorang pelayan wanita memberikan isyarat menyuruhnya turun, bahwa ia sedang dicari oleh ayah dan ibunya, karena apabila ayah dan ibunya mengetahui Ying Tai memanjat keatas atap, Yin Tai bisa dihukum... karena jaman dulu, anak perempuan diharuskan bersikap anggun... namun Ying Tai berbeda, ia tak mempunyai sikap seperti itu.
Ying Tai adalah seorang gadis yang ceroboh dan cuek terhadap sikap anggun yang seharusnya dimiliki setiap anak perempuan pada jaman itu.
Setelah turun dari atap, Ying Tai segera dibawa pelayan itu menemui orang tuanya.
Di ruang tamu, Ying Tai ditanya tentang puisi yang disuruh buat oleh kedua orang tuanya beberapa hari yang lalu.
Ying Tai kebingungan menghadapinya, namun pelayan wanita yang tadi mengantar Ying Tai bertemu orang tuanya memberikan beberapa lembar kertas... yang isinya puisi hasil tulisan tangan.
Tentunya bukan Ying Tai yang menulis puisi itu, melainkan pelayan wanita itu.
Kedua orang tuanya kagum, dan menyuruh Ying Tai membacakan puisinya.
Ying Tai yang kaget akhirnya membacakan puisi itu juga.
Ia membacakannya dengan sangat buruk.
Hingga seluruh orang yang ada di ruangan itu tertawa.
Ying Tai tak ambil pusing dan terus membacakannya.
Ayah dan ibu Ying Tai menggelengkan kepala mendengar Ying Tai membacakan puisi.
Pertanyaan kedua diajukan kepada Ying Tai... Ying Tai kini disuruh orang tuanya memainkan musik kecapi.
Lagi-lagi Ying Tai memainkannya dengan sangat buruk, dan beberapa kejadian lucu terjadi... seperti rambut Ying Tai yang tersangkut di senar kecapi, petikan yang terlalu keras hingga menyebabkan senar kecapi putus.
Ayah dan ibu Ying Tai benar-benar pusing melihat tingkah anaknya
.
Pertanyaan terakhir, Ying Tai disuruh menulis puisi.
Karena tak bisa, Ying Tai menulis asal, dan mengakibatkan tinta dari kuas yang dipegang Ying Tai mengenai telinga ayah Ying Tai.
Ibu Ying Tai kaget, dan berusaha membersihkan tinta yang mengenai telinga suaminya, agar suaminya tidak tahu, dan Ying Tai tidak mendapatkan hukuman dari ayahnya.
Namun ternyata ayah Ying Tai mengetahui tindakan ibu Ying Tai, dan langsung marah besar karena membela Ying Tai.
Dikamar ibu Ying Tai menyatakan kepada Ying Tai bahwa harus bersekolah.
Ying Tai bingung dan mengatakan "Tapi aku ini seorang wanita bu, Mana mungkin aku diterima disekolah itu." karena dijaman itu anak perempuan dilarang bersekolah, karena pada akhirnya akan menikah dan pendidikan itu akan menjadi sia-sia.
Ibunya mengatakan Ying Tai harus menjadi seperti dirinya dulu, menyamar menjadi laki-laki agar dapat bersekolah.
Dan ibunya mengatakan bahwa ia mengenal istri dari kepala sekolah disana, yang bisa menjaga Ying Tai nanti.
Ying Tai setuju dan merasa sangat senang.
Selama diperjalanan Ying Tai mengagumi keindahan pemandangan di sekitarnya, ia belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya, karena Ying Tai tak pernah pergi kemanapun, karena anak perempuan dilarang berpergian.
Ying Tai sungguh senang ia dapat melihat semua ini.
Tibalah Ying Tai bersama 2 pelayannya di Sekolah Sung Yee.
Ying Tai dan 2 pelayannya harus berjalan lagi untuk sampai ke ruangan kepala sekolah.
Di perjalanan menuju ruangan kepala sekolah, Ying Tai melihat murid-murid sedang belajar memainkan musik kecapi.
Semua murid itu melihat kearah Ying Tai, terpana sekaligus bingung kenapa pria bisa secantik itu.
Ying Tai senang melihat orang-orang asing yang bukan berasal dari rumahnya, semua itu baru bagi Ying Tai.
Diruangan kepala sekolah Ying Tai disambut oleh istri kepala sekolah dengan baik.
Ying Tai dengan lugunya memperkenalkan dirinya "Apa kabar nyonya? Saya Zhu Ying Tai..."
Seperti mengetahui sesuatu, istri kepala sekolah itu bertanya "..Hmm..? Kamu Zhu Ying Tai?"
Ying Tai dengan ramah menjawab "Betul nyonya."
Istri kepala sekolah itu kembali bertanya Apakah ibumu bernama Sin Yu Ting?"
Ying Tai menjawab "Betul.. anda tidak salah nyonya."
"Sudah sangat lama semenjak terakhir kali aku bertemu dengannya, ternyata dia telah menikahi lelaki bermarga Zhu itu.." Istri kepala sekolah itu terhenyak sebentar, dan menyuruh Ying Tai agar mengangap ini rumahnya sendiri, dan buatlah dirinya sendiri merasa nyaman.
Ying Tai mengangguk tanda mengerti.
Setelahnya istri kepala sekolah itu pergi mengambil seragam untuk Ying Tai.
Setelah istri kepala sekolah itu pergi, pelayan wanita Ying Tai mempererat pakaian dalam Ying Tai... namun... belum selesai, istri kepala sekolah sudah kembali membawakan seragam untuk Ying Tai.
Kaget... Ying Tai dan pelayan langsung menyudahinya.
Istri kepala sekolah itu memberikan seragamnya dan ingin memakaikan seragam itu ke Ying Tai.
Ying Tai kaget dan menolak dengan gugup.
Karena istri kepala sekolah itu tetap memaksa, dan Ying Tai terus menolak dan menghindar, pakaian dalam Ying Tai terlepas dan jatuh ke lantai.
Kini Ying Tai tak bisa mengelak lagi, penyamarannya sebagai pria telah diketahui.
Namun istri kepala sekolah itu bilang ia sudah mengetahui dari awal bahwa Ying Tai adalah perempuan.
Ia mengatakan pada Ying Tai agar tak perlu khawatir, ia tak akan bilang semua itu kepada siapapun.
Ying Tai tenang dan berterima kasih.
Malamnya Ying Tai masuk keperpustakaan dan menyiapkan kamarnya sendiri, karena Ying Tai tak boleh bergabung dengan murid lainnya, Ying Tai juga sudah berjanji pada ibunya ia tidak akan membongkar rahasianya pada siapapun, ia juga tak boleh bersentuhan pada murid lelaki di sekolah.
Setelah selesai menyiapkan semuanya, Ying Tai hendak mengganti pakaiannya, dan membuka ikatan rambutnya hingga rambutnya tergerai indah dan juga membuka bajunya hingga terlepas satu persatu.
Tinggal satu lapis baju lagi yang menutup tubuh Ying Tai, Ying Tai menyadari ada seseorang disana dan batal membuka semua bajunya.
Ya... ada seorang pria, ia adalah salah satu murid di sekolah itu.
Ying Tai kaget karena menabrak pria itu hingga terjatuh.. tanggap.. Ying tai segera mengambil selimut yang digunakan oleh murid yang sedang belajar itu untuk menutupi dirinya.
Murid itu melihat Ying Tai yang sibuk menutupi dirinya dengan selimut dan memegang rambutnya, agar tak terlihat seperti wanita.
Setelah melihat wajah Ying Tai, murid itu mengenali Ying Tai sebagai murid baru, dan bertanya sedang apa Ying Tai disini.
Ying Tai menjawab dengan tegas bahwa sekarang ruangan ini adalah kamarnya, dan meminta pada murid itu kelak jangan kemari lagi.
Kesal.. murid itu pergi dan mengatakan bahwa semua orang kaya itu sama saja... menindas yang miskin.
Ying Tai menanyakan nama murid itu... dan murid itu menjawab "Liang Shan Bo.." Sambil berjalan keluar.
"Liang Shan Bo.." Ying Tai merapal nama itu.. dan mengejarnya.
Memanggilnya kembali keperpustakaan itu.
Membuat persetujuan kecil, dimana Shan Bo boleh belajar disana tapi tak boleh mengganggu Ying Tai istirahat.
Shan Bo setuju dan kembali ke perpustakaan sambil meledek Ying Tai yang bertingkah seperti perempuan dengan menutupi dirinya dengan selimut, persis seperti yang dilakukan Ying Tai tadi.
Ying Tai tak ambil pusing, ia hanya tertawa saja.
Ying Tai berusaha tidur, walau dihatinya dia sangat senang ada seseorang menemaninya, jadi ia tak sendirian.
baru saja Ying Tai hendak memejamkan mata, Ying Tai mendengar Shan Bo sedang menepuk nyamuk dan seketika Ying Tai membuka matanya kembali... namun tak lama Ying kembali memejamkan matanya dan tertidur.
Ditangga menuju kelas, Ying Tai berhenti melangkah, dan terpana melihat Shan Bo yang sedang menderingkan bel sekolah.
Shan Bo kesal dan membuka sedikit mulutnya karena Ying Tai hanya berdiam diri disana terperangah seperti orang bodoh, sedangkan Ying Tai masih berdiam diri dan terus terperangah.
Shan Bo semakin kesal dan menyeringai cukup lebar untuk menggambarkan kekesalannya.
Ying Tai tersadar dari lamunannya dan mengikuti Shan Bo menyeringai.
Shan Bo sekarang mencondongkan bibirnya seperti hendak mencium seseorang.
Lagi-lagi diikuti oleh Ying Tai.
Selanjutnya Shan Bo memejamkan matanya sedikit.
Ying Tai juga mengikutinya dengan mimik yang sangat lucu,
Shan Bo kini menjulurkan lidah sedikit.
Ying Tai masih mengikuti apa yang dilakukan Shan Bo.
Shan Bo melanjutkan dengan gerakan menggetarkan bibirnya.
Ying Tai mengikutinya juga.
Setelahnya Shan Bo membuka mulutnya cukup lebar sambil terus menderingkan belnya.
Ying Tai juga mengikuti dan membuka mulutnya.
Shan Bo menderingkan bel sekolah dengan sangat keras karena kesal.
Juga melakukan gerakan seperti Shan Bo... menderingkan bel sekolah.
Shan Bo seketika berhenti, dan kembali menderingkan bel dengan serius dan sangat cepat setelah melihat
guru berjalan kearah Shan Bo... kearah kelas.
Ying Tai tak sadar dan terus memperagakan gerakan Shan Bo sebelumnya.
Dan akhirnya sadar bahwa guru tepat berada dibelakangnya.
Ying Tai yang kaget menunduk memberi hormat pada gurunya.
Guru itu berjalan, dan saat melewati Shan Bo gurunya berkata "Kau menderingkan secepat itu... apa mungkin murid-murid lainnya bisa mendengar dengan jelas."
Setelah mendengar gurunya protes, Shan Bo seketika memperlambat deringannya.
Setelah gurunya masuk kedalam kelas Ying Tai segera mendekat ke Shan Bo... Ying Tai juga protes, menurut Ying Tai Shan Bo menderingkan belnya terlalu pelan, dan ingin menggantikan Shan Bo menderingkan bel sekolah.
Shan Bo tak mau memberikan tugasnya dan menyuruh Ying Tai masuk kelas, dan Ying Tai mengikuti kata Shan Bo.
Di dalam kelas guru sedang menetapkan dimana Ying Tai akan duduk.
karena semua tempat duduk penuh, Ying Tai disuruh duduk dibelakang bersama Shan Bo.
Dengan senang hati Shan Bo menggeser dirinya dan barang-barangnya, menyediakan tempat duduk untuk Ying Tai duduk di sebelahnya.
Hampir sampai, Ying Tai dipanggil gurunya dan diberikan beberapa pertanyaan untuk menetapkan tempat Ying Tai duduk.
Setelah ditanyai, Ying Tai tidak jadi duduk di samping Shan Bo dan duduk di baris kedua dari depan.
Malamnya Ying Tai menunggu Shan Bo diperpustakaan.
Lebih tepatnya Ying Tai berharap Shan Bo kembali belajar diperpustakaan, sehingga ia bisa melihatnya.
Karena tak kunjung datang, Ying Tai mencari letak kamar Shan Bo dengan bertanya sana-sini.
Hingga akhirnya Ying Tai menemukannya dan langsung masuk ke kamar Shan Bo sambil bertanya kecil "Apa kau ada disini?"
Ying Tai melihat Shan Bo sedang belajar.
Ying Tai bertanya apakah Shan Bo tidur disini sambil menunjuk kesebuah tempat tidur yang mirip dengan kandang.
Shan Bo menjawab, bahwa begitulah tempat tidur orang miskin, ia beruntung diberi tempat oleh kepala sekolah disini, iapun belajar sambil bekerja disekolah ini.
Kemudian Ying Tai menarik Shan Bo, namun karena Shan Bo tidak memakai bajunya dengan benar, Ying Tai tanpa sengaja menarik baju Shan Bo.
Dan terbukalah baju Shan Bo.
Ying Tai langsung berbalik dan mengajak Shan Bo belajar di perpustakaan seolah tak terjadi apa-apa.
Di perpustakaan Shan Bo belajar dengan serius sedangkan Ying Tai memperhatikan Shan Bo sedari tadi.
Shan Bo yang sadar... juga melirik kearah Ying Tai, tersenyum dan setelah sadar Shan Bo berpikir "Jangan-jangan dia ini seperti Ting Mong Chun...?" Ting Mong Chun adalah salah satu teman Shan Bo juga, tapi ia adalah seorang penyuka sesama jenis, yang membuat Shan Bo merasa risih didekatnya.
Setelah selesai belajar, Shan Bo berpamitan dan bergegas kembali ke kamarnya, Ying Tai yang setengah mengantuk mengatakan Shan Bo tidur saja di perpustakaan bersamanya secara tidak sadar.
Belum sempat Ying Tai meralat, Shan Bo setuju dan langsung berbalik.
Akhirnya Shan Bo dan Ying Tai tertidur lelap dengan segelas air sebagai pemisahnya setelah berdebat sebelumnya karena tak boleh saling bersentuhan.
Tengah malam Ying Tai mendengar Shan Bo mengigau menderingkan bel sekolah tanda mulai dan juga selesai belajar.
Ying Tai kaget, dan menggerutu.
Namun Ying Tai kembali tertidur.
Ying Tai kembali terbangun dan melihat Shan Bo hendak memeluknya.
Reflek.. Ying Tai langsung mengepalkan tangannya dan memukul Shan Bo.
Ying Tai terbangun dalam keadaan memukul.
Ying Tai segera duduk dan tanpa sengaja mengenai gelas pemisah antara Ying Tai dan Shan Bo.
Gelasnya kosong, tak ada setetes air lagi digelas.
Ying Tai berasumsi bahwa Shan Bo pasti ada melakukan sesuata semalam.
Tak lama, Shan Bo datang membawa guci berisi air untuk mengisinya kembali, melihat itu Ying Tai pura-pura masih tertidur dan mengintip.
Saat Shan Bo hampir mengisinya, Ying Tai berteriak "Sedang apa kau?! Apa yang kau lakukan semalam?!"
Shan Bo menunjuk dan menyuruh Ying Tai melihat mata Shan Bo "Lihat apa yang kau lakukan padaku!"
Ying Tai kaget dan tertawa.
Shan Bo kesal "Semalam berkali-kali kau memukulku, pagi tadi air itu aku meminumnya" Jelas Shan Bo.
"Apa kau meminumnya seperti ini?" Ying Tai bertanya sambil meledek dan memperagakan minum seperti anjing.
Semakin kesal Shan Bo memukul Ying Tai dan marah.
Ying Tai tak mau kalah, ia juga kesal karena dipukul Shan Bo.
"Ini belum seberapa dengan apa yang kau lakukan padaku semalam" Shan Bo marah.
Ying Tai diam, namun menunjukan muka kesalnya.
"Sudah... bersiap, sekolah segera dimulai." Suruh Shan Bo seraya berjalan keluar perpustakaan.
Setelah Shan Bo pergi, Ying Tai membasuh wajahnya, dan bersiap.
Keesokannya kelas dimulai, Ujian hari ini yang membuat Ying Tai kebingungan menghadapinya.
Dari depan ada orang-orang yang melemparkan lembar jawaban.
Teman-teman sekelas Ying Tai mengambilnya, sedangkan Ying Tai tak mendapat apa-apa.
Lemparan kedua Ying Tai mendapatkannya, namun didalam lembaran itu kosong.
Ying Tai kesal dan bingung.
Shan Bo menjadi yang pertama menyelesaikan ujian, saat hendak memberikan lembaran ujian Shan Bo melihat ada satu lembar jawaban yang tersisa, dengan cepat Shan Bo menendang lembaran itu kearah Ying Tai.
Di ambil oleh Ying Tai, dan segera disalinnya jawaban itu.
Shan Bo setelah menyerahkan lembar ujian miliknya bergegas pergi, namun kembali lagi dan berpura-pura menanyakan sesuatu kepada gurunya dengan suara yang kecil, bermaksud menolong Ying Tai.
Karena tak mendengar jelas, gurunya menyuruh Shan Bo mengulangi pertanyaannya, tapi bukannya makin kencang... Shan Bo malah bertanya semakin kecil.
Ternyata guru menyadari bahwa Ying Tai menyontek, dan langsung menghampiri Ying Tai setelah menyuruh Shan Bo menunggu.
Shan Bo yang ingin menolong Ying Tai berusaha menghalangi gurunya dan terus bertanya.
Namun guru tetap tak menggubris tindakan Shan Bo.
Akhirnya karena ketahuan Ying Tai menyontek Shan Bo juga jadi kena sasaran karena disangka membantu Ying Tai.
Ying Tai dan Shan Bo diberikan kesempatan kedua.
Ying Tai harus ujian ulang sendirian dikelas yang dijaga guru.
Diperpustakaan Ying Tai yang mengantuk dipaksa belajar oleh Shan Bo dengan mengikatkan rambut Ying Tai dengan tali, jadi saat Ying Tai ketiduran, Shan Bo akan menarik rambut Ying Tai dengan tali itu.
Keesokannya Ying Tai mengikuti ujian itu, gurunya menunggu Ying Tai mengisi lembaran ujian.
Sambil menunggu, guru bermain catur dengan pengawal pria Ying Tai.
Namun Ying Tai tak mengingat apa-apa, padahal Ying Tai telah belajar semalaman.
Karena tak mengisi apa-apa Ying Tai jadi mengantuk.
Saat kepalanya hampir terjatuh dan terbentur meja Ying Tai membayangkan Shan Bo yang menarik tali yang diikatkan ke rambut Ying Tai, yang membuat Ying Tai kembali tersadar dan mengingat apa yang dia baca kemarin malam.
Ying Tai terus menarik kepalanya agar mengingat semua pelajaran yang ia serap.
Gurunya kebingungan dengan tingkah Ying Tai dan juga kebingungan kenapa Ying Tai tiba-tiba bisa menjadi pintar.
Guru memeriksa topi yang digunakan Ying Tai, takut Ying Tai menyimpan lembar jawaban.
Tapi topi Ying Tai kosong, tak ada apapun ditopinya.
Ying Tai berjalan keluar kelas, Ada Shan Bo yang sedari tadi berjalan kesana kemari dengan gelisah karena takut Ying Tai tak bisa lulus ujian.
Saat melihat Ying Tai keluar dari kelas, Shan Bo langsung menghampiri Ying Tai.
"Ying Tai.. kalau tak bisa lulus ujian juga tidak apa-apa... aku bisa sekolah ditempat lain... kau tidak perlu merasa bersalah." Shan Bo menenangkan Ying Tai.
"Guru marah....." Ying Tai menjelaskan dengan wajah sedih...
"...?" Shan Bo terdiam dan menunggu Ying Tai menyelesaikan kalimatnya.
"Guru marah karena aku lulus ujian!!" Ying Tai menjelaskan dengan setengah berteriak karena terlalu senang.
Shan Bo mendengarnya juga ikut berteriak dan sangat gembira.
Keduanya berlari meninggalkan kelas.
Hari telah gelap...
Diperpustakaan Ying Tai telah menyiapkan semangkuk air.
Shan Bo juga telah menyiapkan sebuah kayu pemisah wajah keduanya, agar nanti malam Ying Tai tak bisa lagi memukul matanya.
keduanya melakukan toss dan akhirnya berbaring.
Ying Tai sangat menghargai toss itu, ia langsung membelaikan tangannya ke wajahnya sendiri.
Ying Tai mulai merasakan perasaan lebih dari teman pada Shan Bo, namun ia berusaha menepisnya, dan tidur.
Sedangkan Shan Bo merasa resah... ia bingung tentang perasaannya pada Ying Tai.
Ia kini merasa aneh didekat Ying Tai, Ia merasa gugup, tak seharusnya lelaki merasakan perasaan ini pada lelaki juga... Shan Bo takut ia akan menjadi seperti temannya Ting Mong Chun.
Tengah malam, Ying Tai mengigau seperti Shan Bo, menderingkan bel sekolah dan mengeluh ikatannya terlalu kencang, Shan Bo bingung dan bertanya "Ying Tai... yang mana yang terlalu kencang? Biar kubantu..." Shan Bo menawarkan bantuan kepada Ying Tai yang masih saja setengah tertidur.
Shan Bo berusaha membantu dan memegang punggung Ying Tai, namun ditepis oleh Ying Tai.
"Sudahlah... tak perlu... aku tak ingin membiarkan seorangpun tahu rahasiaku" Ying Tai mengigau
Shan Bo yang sempat memegang punggung Ying Tai bingung, ia merasakan sesuatu dipunggung Ying Tai tadi, ia juga bingung dengan apa yang dikatakan Ying Tai.
"Rahasia?" Shan Bo kembali mengulang kata-kata Ying Tai.
Keesokannya semua murid belajar melantunkan musik melalui kecapi.
Guru memberi contoh kepada murid-muridnya.
Ying Tai yang mengantuk terus diperhatikan oleh Shan Bo.
Ting Mong Chun yang cemburu menarik kain yang mengikat rambut Ying Tai dan melepaskannya sehingga Ying Tai terbentur meja dan membuat guru kaget dan marah karena telah mengganggu dan tak mendengarkan dengan baik yang diajarkan guru.
Shan Bo segera berdiri dan mengaku bahwa itu perbuatannya.
Ying Tai tak mau Shan Bo terkena hukuman karenanya segera berdiri dan juga mengakui itu perbuatannya.
Guru bingung dan juga kesal karena Shan Bo dan Ying Tai menutupi kesalahan satu sama lain yang membuat keduanya di hukum.
Didepan bangunan sekolah Shan Bo dan Ying Tai dihukum berdiri sambil memegang papan kecapi sampai sore.
Shan Bo dan Ying Tai berbincang, Shan Bo ingin mengatakan bahwa ada yang aneh saat dia besama Ying Tai, hanya saja Shan Bo kesulitan menjelaskannya, sehingga penjelasan Shan Bo seperti memutar dan membuat Ying Tai tak sadar akan maksud Shan Bo.
Saat keduannya sedang berbincang-bincang datanglah Ting Mong Chun, dan lagi-lagi membuat Shan Bo risih dan berusaha mencegahnya mendekat menggunakan kakinya karena kedua tangan Shan Bo sedang memegang papan kecapi.
Papan kecapi yang dipegang Shan Bo terjatuh dan patah terbelah dua, akibat mencegah Ting Mong Chun mendekat.
Dan guru datang... Ying Tai yang melihat kedatangan guru buru-buru mengganti papan kecapi miliknya dengan milik Shan Bo.
Karena tak ada waktu Shan Bo juga langsung mengangkat papan kecapi yang diberikan Ying Tai.
Melihat papan kecapinya patah, guru marah besar dan menghukum Ying Tai berdiri terus sendirian sedangkan Shan Bo telah bebas dari hukuman.
Shan Bo berusaha menjelaskan namun guru tak mengindahkan penjelasan Shan Bo, dan tetap menghukum Ying Tai.
Ying Tai kini berdiri memegang papan kecapi yang patah sendirian sambil menangis.
Shan Bo yang sedih melihat Ying Tai menangis berusaha menghiburnya dengan memainkan musik dari papan kecapi yang diberikan Ying Tai tadi.
Awalnya Shan Bo memetiknya dengan kurang baik... hingga Shan Bo berhenti sejenak dan melanjutkan lagi dengan musik yang sangat indah dan penuh perasaan.
Ying Tai yang telah bebas dari hukuman berendam di air sambil mendengarkan musik yang dimainkan oleh Shan Bo.
Tanpa sadar jari Ying Tai juga ikut bergerak seakan sedang memetik kecapi.
Dimalam yang sunyi Shan Bo menyelesaikan petikannya dan mengatakan "Aku kini telah mengerti."
Shan Bo mengerti apa yang dimaksud gurunya 'Menggunakan Perasaan'
Di hari selanjutnya Shan Bo bermain bola dengan teman-teman dan Ying Tai ikut menyaksikannya juga mendukung Shan Bo.
Karena salah satu pemain cedera, Ying Tai menggantikannya.
Tim Shan Bo dan Ying Tai terus mencetak gol dan membuat keduanya tertawa bahagia.
Ting Mong Chun yang menjadi penjaga gawang lawan terpana dan 2 kali membiarkan bola masuk kedalam gawang tanpa perlawanan dan 1 kali memasukan bola kedalam gawang secara sengaja.
Setelah permainan selesai Shan Bo mengajak Ying Tai ke dalam hutan yang ada air terjun.
Ying Tai melihat seorang biksu disana, dan Shan Bo menjelaskan bahwa itu seniornya yang dulu juga bersekolah di tempat Ying Tai dan Shan Bo bersekolah.
Ying Tai dan biksu itu berkenalan dan biksu itu bertanya pada Ying Tai "Zhu Ying Tai? Apa ibumu adalah Sin Yu Ting?"
Ying Tai menjawab dan bertanya kembali pada biksu itu "Betul... kau tahu ibuku?"
Biksu itu tersenyum dan menjawab seadanya "Aku dan ibumu adalah teman baik."
Ying Tai juga hanya mengangguk.
Shan Bo dan biksu itu berbincang sebentar sebab Ying Tai yang marah karena mendengar Shan Bo akan segera lulus dan akan jarang berkunjung ke sekolah itu lagi langsung pergi.
Shan Bo mengejar Ying Tai sambil terus memanggil Ying Tai.
Saat Ying Tai berhenti berjalan, Ying Tai berbalik dan memukul Shan Bo Menggunakan Ranting Pohon.
Shan Bo gelagapan menerima pukulan dari Ying Tai.
Namun tak lama Ying Tai melanjutkan lagi berjalan dengan cepat.
Tanpa sadar pakaian dalam Ying Tai terlepas.
Shan Bo menemukannya dan bingung apa gunanya benda yang sedang dipegangnya.
Malampun tiba, Ying Tai baru saja akan mengganti bajunya dan sadar pakaian dalamnya terlepas entah dimana.
Setelah selesai berpakaian rapi Ying Tai menutup dirinya rapat-rapat dengan selimut tebal.
Diluar hujan deras, ada yang mengetuk pintu dan memanggil Ying Tai, orang itu adalah Shan Bo.
Shan Bo mengantarkan pakaian dalam Ying Tai yang terlepas di hutan.
Ying Tai tak mau membukakan pintu, entah karena ia merasa kesal karena Shan Bo akan segera lulus atau karena ia takut diketahui sebagai perempuan karena tak memakai pakaian dalam.
Karena kasihan dan ingin tahu apa Shan Bo masih berada diluar atau tidak sebab sudah tak ada ketukan pintu lagi Ying Tai membukakan pintu,, dan menemukan pakaian dalam Ying Tai yang disangkutkan di daun pintu.
Ying Tai kekamar Shan Bo dan menemukan Shan Bo sedang tertidur sambil seluruh tubuhnya bergetar kedinginan, Shan Bo sakit karena kehujanan mengetuk pintu dan memanggil Ying Tai tadi.
Di perpustakaan Ying Tai merawat Shan Bo yang sedang sakit.
Ying Tai merebus obat dan memberikannya kepada Shan Bo.
Di hari-hari selanjutnya Ying Tai menemani Shan Bo melakukan aktifitasnya.
Seperti menggantikan Shan Bo menderingkan bel sekolah, membantu menyusun kembali papan kecapi, dan membantu menyusun barang-barang.
Hingga makan siang bersama.
Di suatu ketika semua murid berdandan selayaknya wanita entah untuk apa.
Ying Tai menjelaskan pada Shan Bo bahwa ayahnya juga sering melakukan itu.
Ying Tai benar-benar benci saat ayahnya berdandan layaknya perempuan.
Shan Bo menarik Ying Tai duduk, dan mulai mendandani Ying Tai yang hanya diam.
Shan Bo dengan lembut dan telaten mulai menuruh riasan wajah di wajah Ying Tai.
Shan Bo terpana akan kecantikan Ying Tai saat di pakaikan riasan wajah, ia benar-benar tampak seperti wanita.
Saat Shan Bo hendak minum, Ying Tai merebutnya dan langsung menenggaknya dengan cepat, karena masih panas Ying Tai gelagapan dan batuk.
Shan Bo ingin membantu Ying Tai menepuk punggung Ying Tai dan merasakan bahwa Ying Tai menggunakan pakaian dalam layaknya wanita, kejadian ini membuat Shan Bo semakin bingung dan mulai ragu.
Akhirnya Shan Bo lulus, Shan Bo membawa barang-barangnya pergi meninggalkan bangunan sekolah.
Shan Bo memikul barang-barangnya pergi dengan berjalan, dan melewati tempat Ying Tai sedang belajar bermain kecapi.
Ying Tai yang melihat Shan Bo segera memainkan musik yang dimainkan Shan Bo saat ia dihukum.
Ying Tai mainkan musiknya dengan sangat buruk.
Shan Bo yang mendengar musik yang dimainkan Ying Tai berhenti sesaat, dan kembali melanjutkan perjalanannya, dan mulai menjauh.
Ying Tai terus berusaha dan tetap tak bisa memainkan musik seperti yang dimainkan Shan Bo, hingga Ying Tai menangis kesal.
Dirumah, ayah dan ibu Ying Tai sibuk membicarakan tentang anak perempuan para tetangganya yang hampir semuanya telah menikah.
Dan mereka mendengar keluarga Ma, keluarga pria yang akan dijodohkan dengan Ying Tai tak bisa sabar menunggu lagi.
Akhirnya orang tua Ying Tai memutuskan memulangkan Ying Tai.
Di perputaskaan atau yang bisa dibilang kamar Ying Tai ada pelayan pria Ying Tai sedang mengemas-ngemaskan barang-barang Ying Tai.
Ying Tai berlari dan bertanya pada pelayannya apakah secepat itu dia pulang.
Pelayannya mengatakan hanya mengikuti majikannya saja.
Ying Tai kemudian berlari lagi menuju dimana Ting Mong Chun berada untuk menyuruhnya memberi tahu bahwa Ying Tai akan segera pulang, dan Ying Tai ingin bertemu Shan Bo untuk mengatakan sesuatu karena hanya Ting Mong Chun yang tahu keberadaan Shan Bo.
Mendengar itu Ting Mong Chun langsung lari untuk memberi kabar pada Shan Bo.
Kereta telah menunggu Ying Tai, sedangkan Ying Tai terus menunggu Shan Bo.
Karena terlalu lama, akhirnya Ying Tai memutuskan untuk pulang, didalam kereta Ying Tai sangat kecewa karena tak bisa bertemu dengan Shan Bo.
Lalu Ying Tai mendengar teriakan "Ying Tai! Zhu Ying Tai!!" dan itu suara Shan Bo yang tengah berlari-lari mengejar kereta Ying Tai.
Ying Tai senang dan menyuruh keretanya berhenti, dan Ying Tai mengobrol sebentar dengan Shan Bo.
Pelayan pria Ying Tai menyuruh Ying Tai kembali kedalam kereta dan segera pulang.
Ying Tai memberi isyarat pada pelayannya agar menunggunya sebentar.
Dan akhirnya Ying Tai juga Shan Bo pergi menjauh dari kereta sambil melantunkan sebuah puisi.
Tibalah Ying Tai dan Shan Bo ditempat dimana tak ada seorangpun disana.
Ying Tai tiba-tiba berbalik dang memeluk Shan Bo.
Shan Bo kaget, namun membalas pelukan Ying Tai.
Ying Tai melepaskan pelukannya dan bertanya pada Shan Bo "Apakah kau merasa bahwa kau sedang memeluk seorang anak laki-laki?"
Shan Bo menjawab "Aku sudah tahu, bahwa aku bukan sedang memeluk seorang anak laki-laki."
Ying Tai menyandarkan kepalanya ke bahu Shan Bo dan mengatakan ia akan segera pulang untuk dijodohkan oleh orang tuannya.
Shan Bo terdiam dan membelai kepala Ying Tai.
Hujan turun, keduanya meneduh disebuah goa dekat patung Dewi Guan Yin.
Shan Bo berdiri menjauh dari goa dan kehujanan.
Ying Tai mengikuti Shan Bo, Shan Bo menyuruhnya kembali kedalam goa untuk meneduh, tapi Ying Tai tak menurut dan terus memandang wajah Shan Bo.
Shan Bo menarik tangan Ying Tai dan membawanya meneduh.
"Shan Bo..." panggil Ying Tai pelan.
Shan Bo kemudian menarik Ying Tai kedalam dekapannya, keduanya mulai memadu kasih dan terbawa suasana.
Setelah hujan reda Shan Bo dan Ying Tai berjalan mendekat kearah kereta berada dengan keadaan baju yang kotor dipenuhi lumpur dan rambut berantakan.
Sebelum sampai di kereta Ying Tai menyuruh Shan Bo datang kerumahnya dan melamarnya untuk membatalkan perjodohan itu, karena apabila Shan Bo tidak datang, Ying Tai akan membenci Shan Bo seumur hidupnya.
Shan Bo mendengarkan dan mengangguk.
Pelayan pria Ying Tai menghampiri Ying Tai dan membawanya menuju kereta sambil membersikan dedaunan yang melekat di rambut Ying Tai.
Shan Bo segera pergi setelah kereta Ying Tai pergi, karena Shan Bo masih ada ujian.
Setelah selesai ujian Shan Bo segera datang kerumah Ying Tai dengan niat melamar Ying Tai.
Dengan membawa hadiah, Shan Bo datang, namun ditengah jalan Shan Bo tertunda, karena ada orang yang juga membawa hadiah pernikahan.
Hadiah yang dibawa Shan Bo menjadi kotor akibat debu yang dihasilkan dari orang-orang yang membawa hadiah untuk pernikahan lainnya.
Shan Bo datang membawa hadiah penuh debu dan menunggu di ruang tamu.
Ibu Ying Tai belum mengijinkan Shan Bo menemui putrinya.
Ibu Ying Tai menyuruh Shan Bo memakan makanan yang ada di meja.
Shan Bo dengan sopan menolak dan mengatakan bahwa dia hanya ingin bertemu dengan Ying Tai.
Tapi karena ibu Ying Tai mengatakan ia tak akan bisa menjadi bagian dari keluarga Zhu kalau makanan yang dimasak keluarga Zhu saja ditolak Shan Bo, Shan Bo langsung memakannya dengan lahap dan tersenyum pada ibu Ying Tai.
ibu Ying Tai akhirnya mengijinkan Ying Tai bertemu dengan Shan Bo.
Begitu masuk ketaman belakang keluarga Zhu, Shan Bo mendengar Ying Tai berteriak dari pendopo di ujung sana.
Shan Bo langsung berlari sekencang-kencangnya.
setelah jarak sudah sangat dekat Shan Bo berhenti dan melihat Ying Tai berpakaian layaknya wanita.
Shan Bo terpana, dan tak bisa berkata-kata.
Shan Bo yang tak percaya dengan apa yang dilihatnya bertanya apakah ini benar-benar Zhu Ying Tai yang dikenalnya.
Ying Tai mengangguk kecil.
Keduanya duduk di pendopo dan mengulangi gerakan yang mana Ying Tai mengikuti gerakan Shan Bo di tangga sekolah saat Ying Tai melihat Shan Bo menderingkan bel sekolah.
Setelahnya keduanya tertawa bahagia.
Lalu datang pelayannya, menyuruh Ying Tai mencoba baju pengantinnya.
Dengan tegas, Ying Tai menolak dan memutuskan untuk tetap menemani Shan Bo.
Shan Bo merasa tidak enak hati karena menunda aktifitas Ying Tai yang sedang padat walau jauh di lubuk hatinya Shan Bo merasa sangat sedih karena Ying Tai akan segera menikah, dan rencananya mempersunting Ying Tai terlambat... Shan Bo menyuruh Ying Tai mencobanya, dan Shan Bo akan menunggu Ying Tai disini sampai Ying Tai selesai.
Ying Tai tetap menolak.
Shan Bo terus membujuknya sampai akhirnya Ying Tai setuju juga.
Ying Tai pergi mencoba bajunya.
Saat sedang mencoba bajunya Ying Tai takut Shan Bo bosan karena terlalu lama menunggunya, jadi Ying Tai menyuruh pelayan perempuannya bilang pada Shan Bo sebentar lagi ia akan selesai.
Sesampainya disana pelayan itu menyampaikan pada Shan Bo yang disuruh Ying Tai.
Shan Bo juga menitip pesan kepada pelayan untuk di sampaikan ke Ying Tai bahwa Ying Tai tak perlu khawatir masalah itu, Ia akan selalu menunggu Ying Tai dengan sabar.
Pelayan menyampaikan ke Ying Tai, dan Ying Tai kembali menyuruh pelayan pergi menyampaikan pesan ke Shan Bo.
Beberapa kali pelayan itu terus kesana kemari menyampaikan pesan, sampai kelelahan.
Saat akan menyampaikan pesan kesekian kalinya Shan Bo yang tadi menunggu untuk mendengarkan yang akan disampaikan si pelayan terdiam dan terpana melihat Ying Tai melintas didepannya menggunakan baju merah atau lebih tepatnya baju pengantin.
Ying Tai juga melihat Shan Bo dan tersenyum sambil berjalan ke arah depan.
Setelah selesai Ying Tai yang masih belum berpakaian baju dengan rapih langsung menemui Shan Bo.
Dengan pelayan yang masih merapihkan baju, Ying Tai menemui Shan Bo.
Sesampainya disana Shan Bo mengemukakan pendapatnya bahwa ia seharusnya menyerah dan tidak melamar Ying Tai karena sudah dilamar orang lain.
Mendengar itu Ying Tai marah dan memecahkan cangkir-cangkir yang ada di meja.
"Tidak bisa! Kau tidak boleh melupakan apa yang telah kita lakukan didepan patung Dewi" Ying Tai marah.
"Tapi kalaupun orang tuamu setuju... Bagaimana dengan keluarga Ma? Apakah mereka bisa terima?" Jelas Shan Bo kepada Ying Tai lembut.
"Kalau tidak terima kita pergi dari sini, dan kita kembali ke sekolah Sung Yee, ku yakin masih ada tempat untuk kita bernaung disana." Ying Tai memberi usul.
Shan Bo hanya diam tanpa menjawab apa-apa, dan tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Nanti kau tunggu aku diluar rumah, Jam 5 sore... aku akan bersiap." Tambah Ying Tai.
Shan Bo mengangguk dengan pasti tanda setuju.
Tanpa diketahui ibu Ying Tai mendengarkan percakapan mereka dan mengetahui rencana mereka.
Sorenya didalam kamar Ying Tai bersiap-siap.
Ia merapihkan barang-barangnya.
Dan melepas kupu-kupu kesayangannya yang disimpan di sebuah toples agar bebas.
Saat kupu-kupunya sudah terbang, dan Ying Tai masih memegang toples itu ibunya datang.
"Mengapa kau lepaskan kupu-kupu itu? Bukankah kau sangat menyayanginya?"
Kaget Ying Tai melepaskan toplesnya hingga jatuh pecah.
"Ah... Aku... Aku hanya tidak ingin mengekang kupu-kupu ini, aku ingin mereka bebas." Jawab Ying Tai gugup.
"Ayahmu ingin berbicara denganmu, temui dia." Suruh ibunya dengan dingin.
"Baik bu." Ying Tai langsung menurut
Saat Ying Tai baru saja berjalan beberapa langkah ibunya memanggil Ying Tai.
"Kenapa lepas tali yang mengikat di kakimu?" Tanya ibu Ying Tai.
Ying Tai segera ingin mengikat kembali talinya tetapi sudah tak melingkar lagi dikakinya.
"Talinya ada diranjangmu" Ibu Ying Tai menunjuk kearah ranjang Ying Tai yang penuh dengan barang-barang persiapan Ying Tai pergi.
Dengan lemah Ying Tai pergi kearah ranjangnya yang penuh dengan barang.
Ying Tai lemas karena ibunya sudah melihat yang telah disiapkan Ying Tai sedari tadi.
Setelah mengikat kedua kakinya Ying Tai pergi menemui ayahnya.
Ying Tai disuruh menulis puisi.
Ying Tai terus menoleh kearah luar, berpikir bagaimana Shan Bo diluar sana.
Diluar Shan Bo terus menunggu Ying Tai yang tak kunjung keluar dari rumahnya.
Sesekali Shan Bo melompat untuk melihat kedalam rumahnya Ying Tai.
Kedua orang tua Ying Tai bangga anaknya sudah bisa menulis puisi dengan indahnya.
Ying Tai terus menoleh kerarah luar.
Ayah dan ibu Ying Tai berkata anaknya sudah sangat cocok untuk bersanding dengan anak keluarga Ma.
Ying Tai mengemukakan bahwa ia tak ingin menikah dengan anak dari keluarga Ma.
Mendengar itu orang tua Ying Tai marah.
Ying Tai tetap membantah dan tetap pada pendiriannya.
Semakin marah pula orang tua Ying Tai.
Ying Tai berdiri dan berkata ia tetap pada pendiriannya dan tak akan berubah bagaimanapun juga.
Setelah mengatakannya Ying Tai pergi.
Dengan bantuan pelayan perempuannya Ying Tai bisa bertemu Shan Bo.
Setelah bertemu mereka berbincang serius sebentar.
Setelahnya mereka segera bergegas pergi.
Pelayan yang menunggu diluar ruangan yang ada Shan Bo dan Ying Tai didalamnya berteriak dan di hukum oleh penjaga suruan orang tua Ying Tai.
Mendengar itu Ying Tai langsung mengajak Shan Bo pergi.
Terlambat... Shan Bo dibawa oleh penjaga dan dibawa keluar disaat itu hujan sangat deras dan petir menyambar-nyambar.
Diluar Shan Bo dipukuli hingga tak bisa berdiri lagi, dan di tinggalkan begitu saja.
Ying Tai dikurung di sebuah ruangan gelap.
Ying Tai terus berteriak sambil menangis dan memukul pintu itu meminta dilepaskan.
Dirumah, Shan Bo yang sedang sakit diberikan obat oleh ibunya.
Saat melihat obat ia jadi teringat akan Ying Tai dan langsung meminumnya walau obatnya masih dalam keadaan panas.
Ibu Ying Tai mendatangi rumah Shan Bo.
Shan Bo yang sedang sakit menerima ibu Ying Tai walau ia sebenarnya kesal dengan perlakuan keluarga Ying Tai.
Ibu Ying Tai memaksa Shan Bo membuatkan surat untuk Ying Tai.
Awalnya Shan Bo tidak bersedia, tapi akhirnya setuju juga.
Saat akan menulis surat Shan Bo mengenang semua yang ia lalui bersama Ying Tai.
Shan Bo menangis dan tak kuat menulis.
Tak lama Shan Bo memuntahkan darah.
Ibu Shan Bo kaget, dan langsung menghampiri Shan Bo.
Ibu Ying Tai hanya diam dan melihat tanpa ekspresi.
Ibu Ying Tai pulang, dan menjenguk Ying Tai yang dikurung.
Ying Tai hanya menangis didalam.
Ibu Ying Tai berkata bahwa ia baru saja mengunjungi Shan Bo dan membawa surat dari Shan Bo.
Ying Tai tak menjawab dan terus menangis.
Apabila Ying Tai tak berteriak lagi dan menurut ia akan memberikan surat itu.
Lagi, Ying Tai hanya menangis tanpa menjawab.
Keesokannya ibu Ying Tai melihat seorang biksu yang mengunjungi rumahnya dan menunggu di kolam ikan.
Ibu Ying Tai kaget dan bertanya untuk apa kau datang kemari.
Biksu itu adalah teman Shan Bo yang berbicara dengannya saat di air terjun bersama Ying Tai.
Dan juga... Kekasih ibu Ying Tai semasa muda.
Biksu itu berbincang sebentar dan mengatakan bahwa ibu Ying Tai terlalu mengikuti kemauannya sendiri dan terlalu memaksakan anaknya.
Mendengar itu Ibu Ying Tai marah dan menampar biksu itu.
Biksu itu sempat mengatakan sesuatu sebelum ia pergi.
"Jangan terlalu memaksakannya, kau akan menyesali perbuatanmu di kemudian hari."
Ibu Ying Tai hanya diam.
Pelayan perempuan Ying Tai membawa surat dari Shan Bo.
Diam-diam ia memberikannya kepada Ying Tai.
Ying Tai senang, dan membuka suratnya dengan terburu-buru.
Setelah membuka suratnya...
"Shan Bo?! Liang Shan Bo! Shan Bo! Ibu keluarkan aku! Keluarkan aku dari sini!" Ying Tai berteriak.
Ying Tai kaget melihat darah di surat Shan Bo.
Ying Tai yang terkurung, membuat lagu menggunakan surat kosong berisi darah Shan Bo dan alat musik kecapi.
Ia membuat lagu dari musik yang dimainkan Shan Bo dulu saat ia di hukum oleh gurunya.
Ying Tai membuat syair lagu itu dengan sungguh-sungguh.
Shan Bo yang sekarat berbicara ia belum mau meninggalkan dunia ini didalam pelukan teman baiknya biksu itu.
"Aku belum bisa pergi... Aku masih belum bertemu dengan Ying Tai... Aku ingin bertemu dengannya..."
setelahnya genggaman tangan Shan Bo ke tangan biksu itu mengendur dan terlepas.
Shan Bo meninggal.
Ibu Shan Bo menangis sejadi-jadinya.
Ibu Shan Bo berjanji pada anaknya bahwa ia akan menguburkannya di tempat yang akan dilewati iring-iringan Ying Tai nantinya.
Diruang rias, Ying Tai hanya diam dan menangis.
Ayahnya menyuruh perias memberi riasan yang tebal untuk menutupi wajah kelam Ying Tai.
Pelayan perempuannya terus menyeka air mata Ying Tai.
Pelayannya kaget karena Ying Tai bukan mengeluarkan air lagi dari matanya... melainkan darah.
Ying Tai menangis darah.
Pelayan itu memberi tahu ibu Ying Tai.
Ibu Ying Tai menghampiri anaknya.
Ying Tai memohon pada ibunya satu hal, agar ia diperbolehkan melayat ke makam Shan Bo, Setelahnya ia tak akan meminta yang lainnya.
Ibunya menyetujui.
Ying Tai sudah berada dalam tandu.
Ayah Ying Tai menyuruh anak buahnya menggunakan jalan lain dan jangan melewati makam Shan Bo.
Ibu Ying Tai protes karena ia telah menyetuji permintaan Ying Tai.
Ayahnya tetap tak mau dengar dan mengikuti kemauannya sendiri.
Iring-iringan calon mempelai wanita telah jalan.
Saat sudah mendekati makam Shan Bo, iring-iringan bermaksud menggunakan jalan lain.
Tetapi seketika angin bertiup kencang.
Longsor dan ranting-ranting menutupi jalan lain.
Terpaksa harus melewati jalan yang semula.
Disitulah pelayan wanita Ying Tai berteriak bahwa ia melihat makam Shan Bo.
Ying Tai mendengar itu langsung meminta tandunya berhenti.
Tetapi tandu tetap tak berhenti.
Ying Tai nekat melompat keluar dari tandu dan berlari ke makam Shan Bo.
Saat berlari Ying Tai membuang aksesoris pengantin dan membuka baju merah yang melapisi baju putih Ying Tai dan mengambil sebuah tali putih dan dilingkarkannya di kepala tanda berkabung.
Sampailah Ying Tai di makam kekasihnya... Liang Shan Bo.
"Shan Bo... Aku telah datang..." Ying Tai memberitahu kehadirannya.
Langit seketika berubah menjadi terang.
Lalu kedua pelayan setia Ying Tai membersihkan papan nisan Shan Bo.
"Shan Bo, Musik yang kau mainkan untukku... telah ku tuliskan liriknya untukmu..." Ying Tai memberitahu Shan Bo.
Dan Ying Tai mulai membacakan liriknya untuk Shan Bo
"Aku datang dalam diam..."
"Berbagi secangkir air bersamamu..."
"Lembut dengan perhatian yang dalam..."
"Memancarkan cintaku yang tersimpan..."
"Cinta yang fatal tak bisa menjadi yang terakhir..."
"Sama seperti mimpi para kupu-kupu..."
"Untuk membayarmu..."
"Setelah kehidupan ini..."
"Mari menjadi kupu-kupu, terbang melewati ribuan gunung bersama-sama..."
Ying Tai terisak.
Selesai membacakan Ying Tai bersujud beberapa kali didepan nisan Shan Bo.
Setelahnya Ying Tai menggigit jari telunjuknya dan menuliskan namanya di samping nama Shan Bo dengan darahnya.
Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras.
Mengguyur dan membasuh wajah Ying Tai yang tebal akan riasan.
Riasan yang tebal itu perlahan terhapus oleh derasnya hujan.
Setelahnya Ying Tai berdiri, dan badai mulai datang.
Angin bertiup sangat kencang, dan tanah mulai longsor.
Angin meniup kain berwarna merah yang dilepas Ying Tai, Membalut tubuh Ying Tai dengan kain merah itu.
Tanah makam Shan Bo perlahan terbuka.
Ying Tai tersenyum...
Dan menjatuhkan dirinya kedalam makam Shan Bo.
Dan perlahan tanah mulai menutup kembali tanpa meninggalkan bekas, seolah tak terjadi apa-apa.
Kedua pelayan terus memanggil nonanya, dan berusaha menggali tanahnya dengan tangan.
Namun tak membuahkan hasil apapun.
Shan Bo membawa kekasihnya Ying Tai pergi bersamanya.
Di perpustakaan sekolah Sung Yee seorang biksu sedang merobek gambar kupu-kupu yang digambar Ying Tai dulu.
Setelah dirobek biksu itu membuka tangannya dan membiarkan kedua kupu-kupu itu bebas terbang.
Kupu-kupu yang awalnya kertas itu berubah menjadi kupu-kupu sungguhan.
Dengan sangat bahagia kupu-kupu itu berterbangan bersama pasangannya kemanapun ia suka.
Bisa diartikan... kupu-kupu itu adalah reinkarnasi dari Liang Shan Bo dan Zhu Ying Tai.
Okeh okeh... ceritanya udah selesai nih...
Gara-gara cerita ini aku harus ngetik berhari-hari...
tapi ga apa... biar lengkap!
Cerita lengkapnya kudapat dari filmnya.
Film lama Hongkong, gimana ga lama... tahun 1994 man!
Aku bahkan belum lahir.
Hahaha... cukup! kelamaan ngomong kapan selesainya...
Ya deh... bye-bye readers.!
Sampai ketemu di post ku yang selanjutnya!
Sumber : The Lovers 1994
Cerita ini kutulis tanpa mencontek buku atau lainnya...
Melainkan aku hanya menonton filmnya dan menuliskannya sesuai yang ku tonton.
Dan juga sesuai ingatanku tentang filmnya.
Note : Yang mau copas silahkan.
Tapi kumohon dengan sangat pada para copasser...
Untuk menghargai tenagaku untuk menulisnya.
Jadi kumohon cantumkan sumber aslinya.
Thanks a lot!!!
0 komentar:
Posting Komentar